LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
“PENGUKURAN
TRANSPIRASI”
Oleh
:
IKSAN SAPUTRA
NIM. D1B1 17058
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air yang ada didalam
tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses
masuknya air kedalam tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh
tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Proses
kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan melaluistomata inilah yang
disebut transpirasi. Kemungkinan hilangnya air
dari jaringan tanaman melalui kegiatan tanaman dapat terjadi, tetapi persentase tersebut
sangat kecil apabila dibandingkan dengan hilangnya air melalui stomata. Oleh
karena itu, dalam perhitunganya, besarnya jumlah air yang hilang dari
jaringan tanaman umumnya difokuskan untuk air yang hilang melalui stomata. Proses
transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup.
Kecepatan transpirasi
yang terjadi antar tumbuhan dapat berbeda-beda tergantung jenis tumbuhan
tersebut. Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk mengukur besarnya
transpirasi, salah satunya adalah dengan menggunakan metode penimbangan.
Sehelai daun segar ataupun seluruh bagian tumbuhan beserta potnya ditimbang. Jangka waktu yang telah
ditentukan, tumbuhan tersebut ditimbang lagi. Selisih berat yang didapatkan
dari kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya laju
transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang hilang,
yaitu uap air yang terlepas ditangkap dengan dengan zat higroskopik yang telah
diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan petunjuk untuk mengetahui
besarnya transpirasi.
Pengangkutan garam
mineral dari akar ke daun terutama lewat xilemdan kecepatanya
dipengaruhi oleh kecepatan transpirasi. Transpirasi itu padaha kikatnya sama dengan
penguapan akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk
hidup. Transpirasi tidak melalui kutikula, stomata, dan inti
sel sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi akan tetapi biasanya yang dibicarakan transpirasi lewat daun tersebut.
Secara alamiah tumbuhan
mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan
ini disebut transpirasi. Hal
yang penting dalam transpirasi adalah
difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar
daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke
dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari
akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana
perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap
air yang ditranspirasikan dipengaruhi olh beberapa faktor, antara lain: (1)
Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2)
Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin).
Beberapa penggantian
air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air meninggalkan
daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor.
Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol. Oleh karena
itu, sel menjadi lunak dan kehilangan kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini
dapat terlihat ketika tanaman layu. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan
dalam memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi.
Tumbuhan yang efisien akan menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit
untuk membentuk struktur tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan
tumbuhan yang kurang efisien dalam memanfaatkan air.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
pentingnya untuk dilakukan praktikum mengenai pengukuran traspirasi.
1.2 Tujuan dan
Kegunaan
Tujuan
dari kegiatan praktikum ini yaitu untuk
mengetahui kecepatan transpirasi dan mengetahui jumlah air yang di
uapkan/satuan.
Kegunaan dari praktikum ini adalah
dengan adanya praktikum ini para praktikan dapat mengetahui kecepatan
transpirasi dan jumlah air yang di uapkan/satuan.
BAB 2. TINJAUAN
PUSTAKA
Sebagian
besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan meninggalkan
daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi.
Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung terlibat
dalam transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari permukaan sel
palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari ruang tersebut
uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari dinding sel
basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada
gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan
akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari sistem pembuluh yang meluas ke
tempat persediaan air dalam tanah (Tim Dosen Upi, 2014).
Transpirasi
merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang menjadi uap air
ke atmosfir. Proses transpirasi dimulai dari absorbs air tanah oleh akar
tanaman yang kemudian ditransport melalui batang menuju daun dan dilepaskan
(transpired) sebagai uap air ke atmosfir. Laju transpirasi dipengaruhi oleh
faktor karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola budidaya
tanaman Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang
mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan
faktor-faktor yang mampu menyebabkan pergerakan uap atau gas. Faktor-faktor
tersebut meliputi suhu, cahaya, kelembaban udara, dan angina. Di samping itu
luas permukaan jaringan epidermis atau luka tempat proses transpirasi berlangsung
juga ikut berperan (Sulistyowati, 2010).
Laju transpirasi mempunyai relasi
dengan jenis tanaman dan populasi tanaman. Perbedaan jenis tanaman berpengaruh
terhadap laju transpirasinya. Tiap vegetasi mempunyai struktur akar dan tajuk
yang berbeda-beda. Struktur tajuk, fisiologi tanaman, indeks luas daun dan
conductance stomata berpengaruh terhadap transpirasi. Volume air tanah yang
mampu diserap oleh tanaman sangat bergantung pada pola perakaran, semakin
tinggi penetrasi akar pada tanah maka akansemakin banyak air yang mampu diserap
oleh tanaman sehingga volume air yang mengalami transpirasi juga semakin
tinggi. Perbedaan struktur kanopi dapat dilihat dari perbedaan struktur batang
serta daun yaitu luas daun tanaman, dimana semakin tinggi indeks luas daun
tanaman maka semakin tinggi laju transpirasi tanaman (Sugeng, 2016).
Tingkat
curah hujan dan temperatur merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap laju transpirasi tanaman. Laju transpirasi tanaman bergantung pada
curah hujan dimana tingginya curah hujan diikuti oleh peningkatan laju
transpirasi tanaman. Dalam proses transpirasi, air bergerak dari daun yang
mempunyai tingkat kelembaban yang lebih tinggi menuju atmosfir yang lebih
kering sehingga temperature udara mempunyai pengaruh terhadap laju transpirasi.
Temperature tanah juga merupakan faktor pembatas transpirasi dimana pada suhu
dibawah +80 C conductance stomata rendah dan permeabilitas akar
menurun sehingga menghambat laju transpirasi tanaman (Tobi, 2010).
Proses
transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi,
juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar
matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas
matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan
akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi,
tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis
agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Haryanti, 2010).
Transpirasi
melalui kutikula, stomata dan melalui lentisel. Sebenarnya seluruh bagian
tanaman itu mengadakan transpirasi, akan tetapi biasanya yang kita bicarakan
hanyalah transpirasi lewat daun, karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh
tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal ini disebabkan karena luasnya
permukaan daun dan juga karena daun-daun itu lebih kena udara dari pada
bagian-bagian lain dari suatu tanaman (Izza, 2015).
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak
faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya
daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak
sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak
stomata dan faktor luar antara lain, kelembaban, bila daun
mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi
bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga
antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara. Suhu, Kenaikan suhu
dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan
penguapan air sebesar dua kali. Cahaya, cahaya memepengaruhi laju transpirasi
melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat
mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata. Angin, angin mempunyai
pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi.
Kandungan air tanah, laju
transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di
akar (Binsani, 2016).
Unsur kalium sangat memegang peranan dalam
proses mermbuka dan menutupnya stomata (stomata movement) serta transportasi
lain dalam hara lainnya, baik dari jaringan batang maupun lasngsung dari udara
bebas. Dengan adanya defisiensi kalium maka secara langsung akan memperlambat
proses fisiologi, baik yang melibatkan klorofil dalam jaringan daun maupun yang
behubungan dengan fungsi stomata sebagai faktor yang sangat penting dalam
produksi bahan kering secara umum. Semakin lama defisiensi kalium maka akan
semakin berdampak buruk terhadap laju proses fisiologi dalam jaringan daun.
Semakin berat defisiensi kalium pada gilirannya akan berdampak semakin parah
terhadap rusaknya pertumbuhan daun (Marjenah, 2010).
BAB
3. METODE PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan
di Laboratorium Agroteknologi Unit Agronomi pada hari Selasa, 23 Oktober 2018 pada pukul 08:00 WITA
sampai selesai.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan adalah tanaman pacar
air (Impatiens balsamina L), air,
botol, bekas volume 600 ml, gabus, plastik wrap dan kertas HVS/A4.
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan
analitik, stopwatch, gunting dan alat tulis menulis.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang digunakan pada
praktikum kali ini yaitu:
1. Mendengarkan arahan dan bimbingan asisten.
2.
Mengisi botol
dengan air kurang lebih setengahnya dan tutup dengan gabus yang berlubang.
3.
Memasukan
tanaman pacar air panjang sekitar 40 cm dalam botol melalui lubang gabus.
4.
Merekatkan
dengan plastik wrap pada sekeliling gabus dan lubang gabus untuk mencegah
penguapan selain melalui tanaman.
5.
Menimbang botol
bersama tanamannya dan catat beratnya. Selanjutnya letakan dalam ruangan
Cara mengukur luas daun total (LDT) :
LTD = x/y (cm)
Kecepatan transpirasi tiap cm daun/jam = mg/cm2/jam,
dengan persamaan: a/b. Dimana:
A = selisih rata-rata berat total + tanaman pada awal
percobaan dan setelah 1 jam percobaan (mg)
B =
luas total daun (cm2)
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
No.
|
Pengamatan
|
Selisih
|
Kecepatan transpirasi tiap mg/cm/jam
|
1.
|
Suhu Luar
Ruangan
|
0,1
|
4,8
|
2.
|
Suhu Dalam
Ruangan
|
0,14
|
2,6
|
4.2 Pembahasan
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk
uap air dari jaringan tumbuhan melaui stomata, kemungkinan kehilangan air dari
jaringan tanaman melalui bagian lain dapat saja terjadi, tetapi persentase
kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui
stomata. Oleh sebeb itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari
jaringan tanaman difokuskan pada air yang hilang melalui stomata. Pada
percobaan ini diberikan dua perlakuan pada daun pacar air, yang pertama botol
diletakkan diluar ruangan yang terkena cahaya matahari dan yang kedu botol
diletakkan didalam ruangan yang tidak terkena cahaya matahari. Keadaan daun
masih segar dan belum ada pengurangan berat botol yang diluar ruangan maupun
yang didalam ruangan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pratikan selama 3x20 menit, didapatkan hasil bahwa pada
pengamatan luar ruangan terjadi selisih berat antara pengamatan 1, 2 dan 3
yaitu sebesar 0,1, dengan kecepatan transpirasi tiap cm daun/jam sebesar 4,8
mg/cm/jam. Pengamatan pada pengamatan 1, 2 dan 3 dengan selisih berat setiap
pengamatan sebesar 0,14, dengan kecepatan transpirasi tiap cm daun/jam. Perbedaan
ke dua pengamatan ini di dasarkan dengan adanya perbedaan transpirasi baik dari
tanaman itu sendiri maupun dari luar
tanaman.
Laju transpirasi dipengaruhi oleh sinar matahari. Selain itu kelembaban
juga sangat berpengaruh bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan
stomata terbuka, maka laju tranpirasi bergantung pada selisih antara
konsentrasi molekul uap ar ditumbuhan dengan uap air di udara. Konsentrasi uap
air di tumbuhan berbaning terbalik degan konsentrasi uap air di udara.
Sehingga, transpilasi akan menurun jika kelembaban menigkat. Lalu suhu juga
berpengaruh, karena semakin tinggi suhu, transpilasi akan meningkat.
Cahaya juga berpengaruh pada transpirasi, seperti yang terihat pada
pengamtan suhu luar ruangan terjadi transpirasi yang cukup besar, karena pada
hari pengamtan cuaca sedang dalam keadaan panas, kelembaban rendah dan sushu
tinggi serta cahaya matahari cuup terik untuk membuat tumbuhan pacar air berbertanspirasi dengan baik. Sedagkan pada
kondisi suhu dalam ruangan, tidak terlalu terjadi tranpirasi yang cukup
signifikan karena kurangnya cahaya, suhu serta kelembaban.
Ciri dan struktur daun juga akan meningkatkan luas permukaan untuk
penguapan air. Terdapat faktor luar dan faktor dalam pada transpilasi. Faktor
lur antara lain radiasi, temperature, kebasahan udara, tekanan udara, angin,
keadaan ai di dalam tanah. Faktor dalam anatara lain besar-kecilnya aun, tebal
tipisnya daun, da tidaknya lapisan lilin, banyak sedikitnya bulu, stomata,
bentuk serta lokasi stomata.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dalam mengukur dan mengamati proses transpirasi
dengan metode penimbangan
dapat disimpulkan bahwa tranpirasi yang terjadi lebih besar pada suhu luar
ruangan ketimbang suhu dalam ruangan. Hal ini
disebabkan karena suhu di luar ruangan keadannya lebih tinggi dari pada suhu di
dalam ruangan. Sedangkan kenyataan pada tanaman yang berada diluar ruangan
pertumbuhannya lambat dan lebih cepat layu mungkin bisa dikarenakan oleh
beberapa faktor dari sipengamatnya ataupu dari lingkungan/luar seperti cahaya
matahari, kelembapan, suhu, angin, dan air tanah. Pada intensitas cahaya yang tinggi kelembaban udara berkurang,
sehingga proses transpirasi berlangsung lebih cepat.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum ini yaitu hendaknya
kakak asisten bisa menjelaskan kepada
praktikan mengenai prosedur kerja yang akan dilakukan dengan jelas agar
praktikan tidak bingung saat kegiatan praktikum berlangsung serta bimbingan dan arahan sangat di perlukan
demi kelancaran praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Binsani R. 2016. Evaporasi dan Transpirasi Tiga Spesies Dominan dalam Konservasi Air
di Daerah Tangkapan Air (DTA) Mata Air Geger Kabupaten Bantul Yogyakarta. Jurnal Pendidikan biologi. 1 (3).
Haryanti, S.
2010. Jumlah Dan Distribusi Stomata Pada Daun Beberapa Spesies Tanaman Dikotil
Dan Monokotil. Jurnal Buletin Anatomi Dan Fisiologi, 1 (8).
Izza Faizatul. 2015. Karakteristik Stomata Tempuyung (Sonchus Arvensis
L.) Dan Hubungannya Dengan Transpirasi Tanaman Di Universitas Islam Negeri
(Uin) Maulana Malik Ibrahim Malang. Jurnal
Uns. 1 (1).
Marjenah M. 2010. Pengaruh Kandungan Air Tanah Terhadap
Pertumbuhan Dan Transpirasi Semai Shorea Leprosula Miq. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa. 4 (1).
Sugeng P.M Dan
Teguh S.L. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum
Dassyrachis Dan Gliricidia Sepium
Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas
Hidrolik Tidak Jenuh. J-Pal. 7 (1).
Sulistyowati, Uut. 2010. Biologi. Pt.
Temprina Media Grafika: Nganjuk.
Tim
Dosen Upi. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Tobi. 2010. Biologi. Jakarta : Tim Olimpiade
Biologi Indonesia
LAMPIRAN
Rumus: LTD = x/y (cm)
Kecepatan tranpirasi = a/b
Diketahui: Ditanyakan:
Dalam
ruangan: Luar ruangan: a =….?
X1 =
0,092 g X1 =
0,035 g b =….?
X2 =
0,074 g X2 =
0,039 g
X3
= 0,072 g X3 = 0,031 g
X4 = 0,077 g X4 = 0,029 g
Y = 0,006 g
Berat tanaman awal (suhu luar
ruangan) = 463,25 g
Berat tanaman awal (suhu dalam
ruangan) = 356,91 g
Suhu luar ruangan:
Berat tanaman setelah 20 menit
pertama = 463,12 g
Berat tanaman setelah 20 menit
ke dua = 463,04 g
Berat tanaman setelah 20 menit
ke tiga = 462,95 g
Suhu dalam ruangan:
Berat tanaman setelah 20 menit
pertama = 356,78 g
Berat tanaman setelah 20 menit
ke dua = 356,61 g
Berat tanaman setelah 20 menit
ke tiga = 356,47 g
Dimana a =
selisih rata-rata berat botol + tanaman setelah 1 jam percobaan (mg)
b = Luas total daun (LTD) (cm2)
Penyelesaian:
Selisih
rata-rata berat botol P1
D1 =
0,092 g L1 =
0,035 g
D2 =
0,074 g L2 =
0,039 g
D3
= 0,072 g L3 = 0,031 g
D4 = 0,077 g L4 = 0,029 g
0,316 g 0,124 g
Selisih
rata-rata berat botol suhu luar ruangan
(a1) = 0,3/3 = 0,1 g
Selisih
rata-rata berat botol suhu dalam ruangan (a2) = 0,44/3 = 0,14 g
b1 =
0,124/0,006 = 20,67
b2 =
0,132/0,006 = 22,67
Kecepatan
transpirasi = a/b
a1/b1
= 0,1/20,67 = 0,0048 x 1000 = 4,8
a2/b2 =
0,14/22,67 = 0,0061 x 1000 = 6,1
No comments:
Post a Comment