LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
“PENGARUH
CAHAYA TERHADAP
PERKECAMBAHAN”
Oleh
:
IKSAN SAPUTRA
NIM. D1B1 17058
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Cahaya
matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di
dunia. Bagi manusia dan hewan cahaya matahari adalah penerang dunia ini. Kekurangan
cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan
cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat
perkecambahan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi dimana batang
kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis
dan bewarna pucat (tidak hijau). Semua ini terjadi karena tidak adanya cahaya
sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk pemanjangan sel-sel tumbuhan.
Sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh di tempat terang menyebabkan tumbuhan tumbuhan
tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, daun berkembang baik lebih
lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh.
Salah satu ciri makhluk hidup
adalah tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan
besarnya sel diseluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur
atau suatu peningkatan dalam berat atau ukuran dari seluruh/sebagian dari organisme, sedangkan
perkembangan merupakan bertambahnya fungsi alat tubuh yang dapat
dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar atau peningkatan
kemahiran dalam penggunaan tubuh.
Pertumbuhan
dan perkembangan merupakan proses yang saling berhubungan. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pekembangan
tumbuhan. Faktor-aktor
tersebut dikelompokan menjadi faktor
internal dan faktor
eksternal. Faktor
internal merupakan faktor
yang meliputi faktor genetis
(hereditas) dan faktor fisiologis, sedangkan faktor eksternal atau faktor lingkungan
merupakan faktor yang berasal dari luar
tubuh tumbuhan tersebut yaitu dari lingkungan atau ekosistem. Salah
satu faktor eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah cahaya.
perkecambahan adalah
peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaan tidak dapat dinyatakan dengan
ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat
kedewasaan. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan air
dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya.
Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap
imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah
maupun dari udara (dalam bentuk uap air ataupun embun). Efek yang terjadi
membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji yang melunak.
Misalnya saja pada
tanaman kacang hijau. Kecambah sebagai salah satu bahan pangan yang kaya dengan
vitamin sehingga kecambah sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia/tubuh. Bagi
orang Indonesia tanaman kacang hijau adalah tanaman yang
penting, karena Indonesia terkenal dengan makanan yang bernama bubur kacang
hijau yang biasanya disantap untuk menghangatkan badan. Namun dibalik segala
kegunaan pertumbuhan kacang hijau yang baik itu dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya adalah cahaya. Mengapa hal itu bisa terjadi?, Mungkin
sebagian orang tidak mengetahui sebabnya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya pertumbuhan kecambah yang paling penting adalah cahaya.
Pertumbuhan kecambah akan lebih cepat bila ada cahaya, jika kecambah tersebut
ditaruh di tempat gelap maka pertumbuhannya akan lambat.
Berdasarkan pembahasan
di atas, maka pentingnya untuk dilakukan praktikum mengenai pengaruh cahaya terhadap perkecambahan.
1.2 Tujuan dan
Kegunaan
Tujuan
dari kegiatan praktikum ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih tanaman serta dapat
membandingkan perkecambahan di tempat gelap dan tempat terang.
Kegunaan dari praktikum ini adalah
dengan adanya praktikum ini para praktikan dapat mengetahui pengaruh cahaya
terhadap perkecambahan benih tanaman serta dapat membandingkan perkecambahan di
tempat gelap dan tempat terang.
BAB 2. TINJAUAN
PUSTAKA
Setiap
tumbuhan akan menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
merupakan proses pertambahan volume karena adanya pembelahan mitosis atau
pembesaran sel, dapat juga disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur
dan dinyatakan secara kuantitatif. Sedangkan perkembangan adalah
terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan fungsi tertentu. Perkembangan
tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan dengan perubahan
bentuk dan tingkat kedewasaan. Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
diawali dengan perkecambahan biji. Kemudian, kecambah berkembang menjadi
tumbuhan kecil sempurna, yang kemudian tumbuh membesar. Setelah mencapai
saatnya tumbuhan akan berbunga dan menghasilkan biji kembali (Riani, 2008).
Pertumbuhan dan perkembangan diawali dengan perkecambahan biji.
Perkeambahan dapat terjadi apabila kandungan air dalam biji semakin tinggi. Air
yang masuk akan memacu embrio dalam biji untuk melepaskan hormon giberelin.
Giberelin bekerja secara sinergis dengan auksin saat terjadi perkecambahan.
Giberelin diproduksi di semua bagian tumbuhan. Giberelin ini mendorong pelepasan
enzim yang berfungsi menghidrolisis makanan cadangan sehingga terbentuklah
energi. Energi ini digunakan
untuk proses awal pertumbuhan dan perkembangan embrio dalam biji. Struktur yang
pertama muncul dan menyobek selaput biji adalah radikula (Buntoro et al,
2014).
Perkembangan bij berhubungan dengan aspek
kimiawi. Proses tersebut meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi,
sekresi hormon dan enzim, hidrolisis cadangan makanan, pengiriman bahan makanan
terlarut dan hormone ke daerah titik tumbuh atau daerah lainnya, serta
asimilasi (Wdiastuti et al, 2010).
Awal perkembangan disahului aktifnya enzim
hidrolase (protease, lipase, dan karbohidrase) dan hormone pada kotiledon atau
endosperma oleh adanya air. Enzim protease segera bekerja mengubah molekul
protein menjadi asam amino. Asalm amino digunakan untuk membuat molekul protein
baru bagi membrane sel dan sitoplasma. Timbunan pati di uraikan menjadi maltosa
kemudian menjadi glukosa. Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu
bahan untuk membuat dinding sel bagi sel-sel yang baru (Sri, 2009).
Apabila
ditanam di tempat gelap, maka tanaman kecambah akan tumbuh lebih panjang
daripada normalnya. Peristiwa itu terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama
hormon auksin. Fungsi utama hormon auksin adalah sebagai pengatur pembesaran
sel dan memacu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin
ini sangat peka terhadap cahaya matahari. Akibatnya, batang tanaman akan lebih
panjang jika ditanam di tempat yang gelap, tetapi dengan kondisi fisik tanaman
yang kurang sehat, akar yang banyak dan lebat, batang terlihat kurus tidak
sehat, warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil sehingga daun
berwarna kuning (Herdiana et al, 2008).
Jika
ditanam di tempat terang, maka kecambah akan tumbuh lebih pendek daripada yang
ditanam di tempat gelap. Peristiwa itu juga terjadi karena pengaruh fitohormon,
terutama hormon auksin. Seperti yang telah dijelaskan di atas, hormon auksin
ini akan terurai dan rusak sehingga laju pertambahan tinggi tanaman tidak
terlalu cepat. Akibatnya, batang tanaman akan lebih pendek, tetapi dengan
kondisi fisik tanaman yang sehat, subur, batang terlihat gemuk, daun terlihat
segar dan berwarna hijau serta memiliki cukup klorofil (Malcome, 2011).
Sebutir
biji mengandung satu embrio. Embrio terdiri atas radikula (yang akan tumbuh
menjadi akar) dan planula (yang akan tumbuh menjadi kecambah).
Cadangan makanan bagi embrio tersimpan dalam kotiledon yang didalamnya
terkandung pati, protein, dan beberapa jenis enzim. Kotiledon dikelilingi oleh
bahan yang kuat, yang disebut testa. Testa berfungsi sebagai pelindung
kotiledon untuk mencegah kerusakan embrio dan masuknya bakteri atau jamur
kedalam biji. Testa memiliki sebuah lubang kecil, disebut mikropil. Didekat
mikropil terdapat hilum yang menggabungkan kulit kotiledon (Setijo, 2009).
Biji
memiliki kandungan air yang sangat sedikit. Saat biji terbentuk, air di
dalamnya dikeluarkan sehingga biji mengalami dehidrasi. Akibat ketiadaan air,
biji tidak dapat melangsungkan proses metabolisme sehingga menjadi tidak aktif
(dorman). Dormansi biji sangat bermanfaat pada kondisi tidak nyaman (suasana
ekstrem, sangat dingin atau kering) karena struktur biji yang kuat akan
melindungi embrio agar tetap bertahan hidup (Dwidjo, 2009).
BAB
3. METODE PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan
di Laboratorium Agroteknologi Unit Agronomi pada hari Selasa, 06 November 2018 pada pukul 08:00 WITA sampai
selesai.
3.2.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan
yaitu tanah, pupuk kandang, benih kacang hijau (Vigna radiate), benih jagung (Zea mays L.), boks perkecambahan, kardus
dan kertas label.
Alat yang digunakan yaitu kamera, mistar dan alat tulis menulis.
3.3. Prosedur Kerja
Untuk
melakukan pengujian terhadap pengaruh cahaya terhadap perkecambahan menggunakan metode dengan prosedur kerja
sebagai berikut:
1. Membersihkan tanah dari berbagai sisa akar, memisahkan
bila mengumpal dan homogenkan semuanya.
2. Mengisi 4 polibag dengan media tanam pasir berhumus yang
sudah dihomogenkan sampai sekitar 7 cm dari permukaan atas, lalu siram dengan
air hingga basah.
3. Menanam bibit tersebut masing-masing 5 benih jagung pada
2 polibag dan 5 benih kacang hijau pada 2 polibag dengan diatur jarak tanamnya.
4. Menyimpan
masing-masing satu polibag yang mengandung bibit
kacang hijau dan jagung di tempat gelap dan tempat terang serta memeriksa
perkecambahan setiap hari.
5. Mengamati
perubahan yang terjadi pad hari kedua
serta hindari gangguan hama.
6. Mengambil serta mengukur tinggi tanaman setelah 10-14
hari setelah tanam dan mendeskripsikan perbedaan kedua jenis tanaman dan
perlakuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buntoro B.H., Rohlan R Dan Sri T. 2014. Pengaruh Takaran
Pupuk Kandang Dan Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Temu Putih (Curcuma zedoaria L.). Jurnal
Vegetalika. 3(4).
Dwidjo Seputro.
2009. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Herdiana N., Slhaan H. Dan
Teten R.S. 2008. Pengaruh Arang Kompos Dan Intensitas Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Bibit Kayu Bawang. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 5(3).
Malcome. B. W Dan
Iskandar. 2011. Fisiologi Tanaman. Bandung: Bumi
Aksara.
Riani E Dan Darnas Dana. 2008. Pengaruh Intensitas Cahaya
Terhadap Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup Dan Kualitas Larva Udang Windu (Penaeus monodon Fab). Jurnal
Ilmu-Ilmu Perairan Dan Perikanan Indonesia. 10(1).
Setijo
Pitojo. 2009. Benih Kacang Tanah.
Yogyakarta: Kanisius.
Sri Anggrahini, 2009. Pengaruh Lama Perkecambahan Terhadap
Kandungan Α-Tokoferol
Dan Senyawa Proksimat Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus L.). Jurnal Agritech. 27(4).
Widiastuti L., Tohari Dan Endang S. 2010. Pengaruh
Intensitas Cahaya Dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro Dan Pertumbuhan
Tanaman Krisan Dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian. 11(2).
No comments:
Post a Comment