MAKALAH
DASAR-DASAR AGRONOMI
“PEMBUATAN MOL (MIKRO ORGANISME LOKAL) DENGAN BAHAN
DASAR NASI BASI”
OLEH:
IKSAN SAPUTRA
DIBI
17 058
AGT-D
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayahnya-Nya yang tiada terhingga, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pembuatan
Mikroorganisme Local
(MOL) Berbahan Dasar Nasi Basi” dengan baik.
Saya sebagai penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca khususnya bagi para
mahasiswa Fakultas Pertanian dalam mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi. Saya menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu demi kesempuranaan, saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik.
Kendari, 07 April 2018
Penyusun
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
dunia pertanian, istilah pupuk tentunya sudah tidak asing lagi. Pupuk memiliki
peran yang sangat besar dalam menunjang tumbuhnya tanaman. Pupuk
merupakan zat yang fungsinya untuk meningkatkan kesuburan tanaman. Pupuk di
bagi ke dalam 2 macam yaitu pupuk organik
dan pupu anorganik. Pupuk organik
ialah pupuk yang di hasilkan dari sisa-sisa mahluk hidup yang sudah mati, sedangkan pupuk
anorganik ialah pupuk yang di buat dari buatan manusia menggunakan za-zat kimia
buatan. Salah satu pupuk organik
ialah Biomol. Biomol adalah suatu zat yang fungsinya sama seperti pupuk, namun
dalam bentuk cair yang di hasilkan dari sisa-sisa makanan.
Dewasa
ini pupuk merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk
kebutuhan pertanian. Namun pada kenyataannya banyak petani-petani yang masih
banyak menggunakan pupuk-pupuk anorganik karena sifatnya yang mudah didapat dan
harganya murah namun pupuk jenis tersebut dapat berbahaya bagi lingkungan. Pupuk dapat berupa
pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk kimia merupakan pupuk berasal dari
bahan-bahan kimia sehingga sangat berefek negatif pada lingkungan dan
menurunkan kuantitas dari tanaman, sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang
berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan. Pupuk organik dapat berupa
kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran ayam. Pupuk organik biasanya berupa zat
padat. Akan tetapi, pupuk organik juga dapat berupa pupuk cair.
Bahan organik memiliki
peranan penting sebagai sumber karbon, dalam pengertian luas sebagai sumber
pakan, dan juga sebagai sumber energi untuk mendukung kehidupan dan
berkembangbiaknya berbagai jenis mikroba tanah. Penurunan kandungan bahan
organik tanah menyebabkan mikroba dalam tanah mengalami defisiensi karbon
sebagai pakan sehingga perkembangan populasidan aktivitasnya terhambat.
Hal ini mengakibatkan proses mineralisasi hara menjadi unsur yang tersedia bagi
tanaman akan terhambat.
Pertanian organik merupakan sistem
pertanian yang ramah lingkungan yang bersifat hukum pengembalian (low of
return) yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua bahan
organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanian maupun
ternakyang selanjutnya bertujuan untuk memenuhi makanan pada tanah yang mampu
memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Limbah organik seperti sisa-sisa
tanaman dan kotoran ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanaman.
Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah
menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tamanan.
Saat ini telah banyak mikroba pengompos komersil yang
ada di pasaran tetapi masih mengalami tantangan dalam pengembangannya ditingkat
petani dalam hal efektivitas dan efisiensi dekomposer yang digunakan terkait
dengan mutu yang dihasilkan, biaya dan tingkat kemudahan
aplikasinya. Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL) yang mempunyai
keuntungan dari segi biaya yang relatif murah dan kemudahan aplikasinya
merupakan pilihan yang telah diterapkan oleh beberapa petani di beberapa
daerah. Selain sebagai dekomposer, MOL juga digunakan sebagai pupuk dan
pestisida hayati yang dapat diaplikasikan langsung ke tanaman.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa Pengertian mikroorganisme lokal (MOL)?
2.
Bagaimana Peluang
pengembangan pertanian organik di Indonesia?
3.
Bagaimana Peran dan keuntungan penggunaan MOL?
4.
Bagaimana Cara membuat MOL?
5.
Bagaimana Cara Memperbanyak
MOL?
C. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian mikroorganisme local (MOL).
2.
Mengetahui Bagaimana Peluang
pengembangan pertanian organik di Indonesia.
3.
Mengetahui bagaimana peran dan keuntungan penggunaan
MOL.
4.
Mengetahui bagaimana cara membuat MOL.
5.
Mengetahui Bagaimana Cara
Memperbanyak MOL.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk adalah bahan bahan yang memberikan zat makanan kepada tanaman. Zat
makanan (hara) tersebut berupa unsur kimia yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan
dan mempertahankan pertumbuhannya. Pupuk di bagi ke dalam
2 macam yaitu pupuk organik
dan pupu anorganik. Pupuk organik
ialah pupuk yang di hasilkan dari sisa-sisa mahluk hidup yang sudah mati, sedangkan pupuk
anorganik ialah pupuk yang di buat dari buatan manusia menggunakan za-zat kimia
buatan. Namun pada kenyataannya banyak petani-petani yang masih banyak
menggunakan pupuk-pupuk anorganik karena sifatnya yang mudah didapat dan
harganya murah namun pupuk jenis tersebut dapat berbahaya bagi lingkungan (Rahayu, 2016).
MOL (Mikro Organisme
Lokal) merupakan pemanfaatan bakteri yang bermanfaat di sekitar yang berguna
sebagai dekomposer. MOL dapat berasal dari hasil pembusukan yang telah
difermentasikan. Semakin busuk dan halus bahan yang difermentasikan maka akan
semakin cepat menjadi MOL. Semua
mikroorganisme yang tumbuh pada
bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan
proses metabolisme. Mikroorganisme yang
tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan
pada fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan
endapan, pembentukan gas, dan bau asam (Muliyono, 2014).
Dalam pembuatan MOL
yang lebih cepat maka bakteri dalam larutan MOL membutuhkan glukosa, sumber
bakteri, dan karbohidrat. Glukosa
berperan dalam sumber energi dalam mikroba yang bersifat spontan, artinya lebih
mudah untuk dimakan. Sumber
bakteri dalam MOL yang diperoleh berasal dari buah-buahan yang telah busuk.
Bakteri yang tersedia dalam MOL biasanya lebih dari satu jenis bakteri. Jenis
bakteri yang terdapat seperti Pseudomona
sp, Bacillus s, bakteri pelarut pospat, dan Azospirillum sp, dll.
Karbohidrat dalam MOL sangat dibutuhkan oleh bakteri
pengurai yang digunakan sebagai sumber energi (Rahayu, 2016).
Larutan
mikroorganisme lokal (MOL) adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar
dari berbagai sumber daya yang tersedia disekitar kita. Larutan mikroorganisme lokal (MOL) mengandung unsur
hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai
perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali
hama dan penyakit tanaman. Peranan mikroorganisme
lokal (MOL) dalam kompos selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang
bertugas menjaga proses tumbuh tanaman secara optimal. Fungsi dari bioreaktor
sangatlah kompleks, fungsi yang telah
teridentifikasi antara lain adalah penyuplai nutrisi melalui mekanisme eksudat,
kontrol mikroba sesuai kebutuhan tanaman, bahkan kontrol terhadap penyakit yang
dapat menyerang tanaman (Nisa, 2016).
Peran
MOL dalam kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai
komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh tanaman secara optimal.
Fungsi dari bioreaktor sangatlah kompleks, fungsi yang telah teridentifikasi
antara lain adalah penyuplai nutrisi melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba
sesuai kebutuhan tanaman, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang
ideal bagi pertumbuhan tanaman, bahkan kontrol terhadap penyakit yang dapat
menyerang tanaman. Larutan MOL ini dibuat sangat sederhana yaitu dengan
memanfaatkan limbah dari rumah tangga atau tanaman di sekitar lingkungan
misalnya sisa-sisa tanaman seperti bonggol pisang, gedebong pisang, buah nanas,
jerami padi, sisa sayuran dan nasi basi, (Hadinata, 2008).
MOL
dapat digunakan langsung disemprotkan ke tanaman dalam meningkatkan kesuburan
tanaman.dan juga dalam meningkatkan kesuburan tanah. Mol dapat langsung
dimanfaatkan tanaman karena sudah berupa larutan. MOL dapat digunakan dalam
proses penguraian pengomposan. Misalnya, pengomposan pupuk kandang ayam dan
pupuk kandang sapi karena MOL mengandung bakteri pengurai di dalam larutannya
(Nisa, 2016).
Adapun
manfaat dari MOL adalah sebagai berikut, menyediakan ketersediaan unsur hara
yang sangat cepat karena udah berupa larutan, dapat disemprotkan langsung oleh
tanaman, sehingga diserap melalui dedaunan tanaman, dapat digunakan sebagi dekomposer
dalam pengomposan, mengendalikan hama dan penyakit dan tanaman, mengurangi
penggunaan pestisida yang dapat menurunkan kualitas tanaman dan dengan adanya
MOL maka buah-buahan yang busuk ataupun yang dapat dimanfaatkan (Sutari, 2016).
IV.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mikro Organisme Lokal (MOL)
Mikroorganisme merupakan makhluk
hidup yang sangat kecil dengan kemampuan sangat penting dalam kelangsungan daur
hidup biota di dalam biosfer.Mikroorganisme mampu melaksanakan kegiatan atau
reaksi biokimia untuk melangsungkan perkembangbiakan sel. Mikroorganisme
digolongkan ke dalam golongan protista yang terdiri dari bakteri, fungi,
protozoa, dan algae. Mikroorganisme menguraikan bahan organik dansisa–sisa
jasad hidup menjadi unsur-unsur yang lebih sederhan. Mikroorganisme mempunyai
fungsi sebagai agen proses biokimia dalam pengubahan senyawa
organik menjadi senyawa anorganik yang berasal dari sisa tanaman dan hewan.
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah
mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik
padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari
beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal
dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga.
Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari
limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan
daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir,
dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah
busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi.
Semua mikroorganisme yang tumbuh
pada bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk
pertumbuhan dan proses metabolisme. Mikroorganisme yang tumbuh dan
berkembang pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik
maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan,
kekeruhan, pembentukan gas, dan bau asam.
Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang
berbahan dasar dari berbagai sumberdaya yang tersedia setempat. Larutan MOL
mengandung unsur mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi
sebagai perombak bahan organik, perangsang tumbuhan, dan sebagai agens
pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai
pendekomposer pupuk hayati dan sebagai pestisida organic terutama sebagai
fungisida. Salah satu activator yang cukup murah adalah larutan MOL (Mikro
Organisme Lokal). Tiga bahan utama dalam larutan MOL:
1.
Karbohidrat.
Bahan ini dibutuhkan bakteri/ mikroorganisme sebagai
sumber energi. Untuk menyediakan karbohidrat bagi mikroorganisme bisa diperoleh
dari air cucian beras, nasi bekas/ nasi basi, singkong, kentang, gandum, dedak/
bekatul dll
2.
Glukosa.
Bahan ini juga sebagai sumber energi bagi
mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah dimakan mereka). Glukosa bisa
didapat dari gula pasir, gula merah, molases, air gula, air kelapa, air nira
dll
3.
Sumber Bakteri (mikroorganisme lokal).
Bahan yang
mengandung banyak mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman antara lain
buah-buahan busuk, sayur-sayuran busuk, keong mas, nasi, rebung bambu, bonggol
pisang, urine kelinci, pucuk daun labu, tapai singkong dan buah maja. Biasaya
dalam MOL tidak hanya mengandung 1 jenis mikroorganisme tetapi beberapa
mikroorganisme diantaranya Rhizobium sp, Azospirillium sp, Azotobacter sp,
Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut phospat.
B. Peluang pengembangan pertanian organik di Indonesia
B. Peluang pengembangan pertanian organik di Indonesia
Di Indonesia, setiap tahunnya lebih
dari 165 juta ton bahan organik dihasilkan dari limbah panen tanaman pangan dan
hortikultura, namun potensi tersebut pada umumnya belum terkelola dengan
baik. Di lain pihak, kandungan bahan organik dalam tanah pertanian saat
ini rendah, rata-rata kurang dari 2 %. Umumnya bahan organik yang dihasilkan
dari limbah pertanian dialihkan oleh petani untuk berbagai penggunaan lain yang
seyogianya dikembalikan ke tanah sebagai pupuk organik.
Pilihan untuk menerapkan pertanian
organik telah disadari oleh beberapa kalangan untuk meningkatkan produktivitas
lahan dan tanaman tanpa mengabaikan prinsip enviromental sustainability.
Berbagai pemikiran tentang pertanian organik yang dipahami masyarakat.
Pertanian organik dipahami sebagai
teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan
bahan-bahan kimia sintetis. Tetapi jika melihat kondisi saat ini yang menuntut
peningkatan produktivitas dan kemampuan tanah menyediakan hara maka terdapat
pemikiran bahwa pertanian organik (dan penggunaan pupuk organik) juga merupakan
sistem pertanian yang menggunakan bahan organik sebagai salah satu masukan yang
berfungsi sebagai pembenah tanah dan suplemen pupuk buatan (kimia anorganik).
Pestisida dan herbisida digunakan secara selektif dan rasional atau menggunakan
biopestisida. Landasan prinsipilnya adalah sistem pertanian modern,
mengutamakan produktivitas, efisiensi produksi, serta keamanan dan kelestarian
lingkungan dan sumber daya.
C. Peran dan keuntungan penggunaan MOL
Larutan MOL
dibuat sangat sederhana yaitu dengan memanfaatkan limbah dari rumah tangga atau
tanaman di sekitar lingkungan misalnya sisa-sisa tanaman seperti bonggol
pisang, gedebong pisang, buah nanas, jerami padi, sisa sayuran, nasi basi, dan
lain-lain.
Keunggulan utama penggunaan MOL
adalah murah bahkan tanpa biaya, selain itu ada beberapa
keuntungan :
- Mendukung pertanian ramah lingkungan
- Dapat mengatasi permasalahan pencemaran limbah
pertanian dan limbah rumah tangga
- Pembuatan serta aplikasinya mudah dilakukan
- Mengandung unsur kompleks dan mikroba yang
bermanfaat dalam produk pupuk dan dekomposer organik yang dihasilkan.
- Memperkaya keanekaragaman biota tanah
- Memperbaiki kualitas tanah dan tanaman
D. Cara membuat mol dari nasi basi
1. Siapkan nasi untuk ‘dijamurkan’
Caranya, ambil nasi sisa yang memang
sudah basi atau tidak dimakan lagi kira-kira satu mangkok kecil atau
secukupnya, lalu letakkan dalam wadah dan biarkan nasi tersebut basi sampai
muncul jamur berwarna orange. Kalau bisa nasi diletakkan di tempat terbuka tapi
jangan sampai kering.
2. Campurkan dengan larutan gula
Mikro organisme tentu membutuhkan
makanan untuk perkembangannya. Maka kali ini yang kita gunakan adalah gula.
Larutkan 1 liter air dengan 5 sendok makan gula pasir. Setelah itu, masukkan
larutan gula ini ke mangkok yang berisi nasi berjamur tadi, aduk sampai
tercampur semua, diremas-remas kalau perlu supaya halus (sebaiknya pakai sarung
tangan).
3. Diamkan sampai bau tape
Campuran nasi berjamur dan larutan
gula tersebut didiamkan selama seminggu atau lebih, sampai campuran tersebut
berbau tape. Kalau sudah berbau seperti tape, tandanya mol sudah siap panen dan
dipakai.
4. Pemakaian dan penyimpanan
Agar mudah menggunakannya, MOL yang
siap panen tersebut dimasukkan dalam botol air mineral. Kalau untuk disiram ke
media, tidak perlu disaring, langsung pakai saja. Tapi kalau untuk disemprot ke
tanaman, bisa disaring.
E. Cara
Memperbanyak MOL
Daripada membuat MOL berulang-ulang,
lebih baik memperbanyaknya. Caranya:
1.
Bagi dua MOL ke dalam 2 wadah. Misalnya jika kita
punya 1 botol MOL
2.
Bagi dua ke botol kedua, separuh-separuh.
3.
Lalu tambahkan air sampai hampir penuh.
4.
Masukkan gula pasir sesuai takaran di atas.
5.
Beberapa hari kemudian akan terlihat cairan MOL di
dalam botol menjadi lebih pekat, itu tandanya MOL sudah beranak-pinak.
6.
Lakukan cara yang sama untuk membuat MOL di
botol-botol berikutnya.
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah kali ini bahwa. MOL
(Mikro Organisme Lokal) merupakan pemanfaatan bakteri yang bermanfaat di
sekitar yang berguna sebagai dekomposer. MOL dapat berasal dari hasil
pembusukan yang telah difermentasikan. Semakin busuk dan halus bahan yang
difermentasikan maka akan semakin cepat menjadi MOL. Semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan
organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme. Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada
suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi
kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, pembentukan gas,
dan bau asam
Adapun manfaat dari MOL adalah sebagai berikut,
menyediakan ketersediaan unsur hara yang sangat cepat karena udah berupa
larutan, dapat disemprotkan langsung oleh tanaman, sehingga diserap melalui
dedaunan tanaman, dapat digunakan sebagi dekomposer dalam pengomposan,
mengendalikan hama dan penyakit dan tanaman, mengurangi penggunaan pestisida
yang dapat menurunkan kualitas tanaman dan dengan adanya MOL maka buah-buahan
yang busuk ataupun yang dapat dimanfaatkan
B.
Saran
Adapun
saran yang saya sampaikan dalam makalah
untuk menyimpan MOL sebaiknya diberi lubang udara
sedikit supaya oksigen tetap mengalir,
Karena
di simpan di botol air mineral, perlu dilubangi sedikit tutupnya agar mempermudah
membuka dan menutup dan
juga jangan lupa ditambahkan sedikit gula pasir sebagai makanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hadinata Ivan. 2008. Cara membuat
mikro organisme local. http://ivanhadinata.blogspot.com. Diakses Kamis 05 April
2018 pukul 19:00 WITA.
Mulyono. 2014. Membuat MOL
dan Kompos dari Sampah Riumah Tangga. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Nisa khalimatu., dkk. 2016.
Memproduksi kompos dan mikro organism local (MOL). Bibit Publisher. Pondok
Gede.
Sri rahayu. 2016.
Efektivitas organisme mikro organisme local (MOL) dalam meningkatkan kualitas
kompos, produksi dan efisiensi pemupukan N,P,K, pada tanaman ubi jalar. Jurnal Agrovains (2): ISSN 1963-5225.
Sutari. 2016. Analisis
kualitas larutan mikro organisme local (MOL) bonggol pisang. Jurnal Agroekoteknologi Tropika (1).
ISSN 2301-6515.
No comments:
Post a Comment